Sering sekali kita mendengar anak yang sudah umur 2 hingga
2,5 tahun belum bisa bicara dengan lancar. Hanya potongan-potongan kata
yang dia ucapkan, dan itupun tidak terucap dengan jelas. Padahal sesuai
tahapan perkembangannya, anak usia 1,5 tahun seharusnya paling tidak
sudah bisa menggunakan minimal 5 kosa kata yang konsisten seperti papa,
mama, dsb. Selanjutnya secara bertahap pada usia 2 tahun anak
mempunyai 2 lusin kata yang dapat dirangkai sederhana.
Dari beberapa kasus yang terjadi di masyarakat umum, anak yang
terlambat bicara adalah hal yang biasa dan bukan merupakan kelainan.
Selain itu kita dianjurkan untuk jangan terlalu membandingkan anak kita
dengan anak-anak yang lain, karena setiap anak memiliki kemampuan yang
berbeda-beda .
Mama pasti khawatir jika si kecil telat bicardi usia 2 tahun ke atas. Mama tak perlu cemas berlebihan
karena keterlambatan anak dalam berbicara bisa dilihat dari beberapa
faktor. Misalnya faktor keturunan atau gangguan organ tubuh seperti
gangguan otak atau pendengaran.
Tapi yang pasti, sikap tenang harus Anda miliki saat si kecil yang sudah
menginjak usia 2 tahun belum lancar berbicara. Keterlambatan berbicara
pada anak dianggap wajar selagi anak masih bisa merespon ucapan Anda dan
menatap mata Anda saat berbicara. Biasanya, anak yang terlambat bicara
disebabkan karena terlalu aktif bergerak sehingga kurang fokus dan
konsentrasi. Dalam istilah kedokteran anak yang terlambat bicara disebut
Attention Deficit and Hiperactivity Disorder (ADHAD). Anak akan lebih suka bereksperi lewat gerakan,
senyuman dan tangisan tetapi jarang menyampaikan sesuatu secara verbal.
Menurut Psikolog Roslina Verauli, batas anak (terutama anak laki-laki)
bisa berbicara lancar adalah usia 2 tahun 3 bulan.
3 hal yang harus Anda
waspadai dari anak yang terlambat bicara adalah apabila si kecil yang
pada usia di atas 2 tahun 3 bulan tidak dapat merespon komunikasi dua
arah, anak tidak mengerti bahasa reseptif atau bahasa yang Anda gunakan
dan anak tidak mengerti bahasa verbal yang Anda sampaikan.
Jika 3 hal yang harus anda waspadai dari anak yang telat bicara, maka sebaiknya lakukan hal berikut ini:
1. Konsultasi dengan dokter/psikolog/psikiater tentang apa yang
seharusnya dikuasai oleh anak pada usia tetetentu. Usahakan mencari the
second opinion untuk memperkuat pernyataan dokter yang lain dan
memperkaya informasi tentang kondisi anak kita yang sebenarnya
2. Jangan biarkan anak terlalu lama menonton TV, karena akan berdampak
kurang baik terhadap perkembangan anak. Ketika menonton TV, anak merasa
nyaman dengan tayangan gambar yang begitu menarik dengan gambar yang
selalu bergerak dan penuh dengan warna.Hal itu dapat menyebabkan
berkurangnya ketertarikan anak pada obyek-obyek yang statis/kurang
menarik/ kurang berwarna yang ada di lingkungan sekitarnya. Akibatnya
anak cenderung menjadi pasif, kurang peka dan kurang fokus ketika
berinteraksi denganh lingkungannya. Sedangkan yang dibutuhkan anak agar
dapat mengadopsi kata-kata dari orang lain adalah dengan cara imitasi
(meniru). Dalam proses imitasi diperlukan sensitifitas, keaktifan dan
konsentrasi.
3. Sediakan waktu mengajak anak berinteraksi dengan teman-teman
sebayanya. Hal ini akan merangsang anak agar lebih termotivasi untuk
belajar bicara, karena bermain bersama anak-anak yang lain membutuhkan
kemampuan komunikasi verbal.
4. Selalu Menstimulasi dengan mengajak anak berkomunikasi meskipun anak
belum mampu berbicara dengan baik. Masa BATITA adalah masa meniru,
sehingga ketika orang tua intens mengajaknya berbicara pasti kosa kata
anak semakin banyak pula.
5. Mengajarkan kata kepada anak dengan kata-kata yang jelas (intonasi,
bentuk mulut/bibir saat mengucapkannya). Contoh : makan bukan maem atau
mamam, minum bukan mik atau num, susu bukan cucu, dsb
6. Jangan keburu memberikan label telat bicara pada anak sebelum usianya 5
tahun. Anak baru bisa dikatakan mengalami keterlambatan bicara saat
usianya di atas 5 tahun.
7. Bersabarlah hingga anak berusia 3 tahun untuk mengetahui apakah anak
mengalami keterlambatan bicara. Jika masih di bawah usia 3 tahun, Anda
hanya perlu melakukan stimulus kepada anak dengan cara sering melakukan
komunikasi dengannya.